QS
An-Nahl 69 “Dari perut lebah itu keluar
minuman (madu)yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang
menyembuhkan bagi manusia “
What is Honey?????
Simakk yukkzzz....,,,
Jauh sebelum peradaban Mesir kuno , penggunaan MAdu sudah menjamur dikalangan dunia kesehatan , bahkan nabi Agung kita juga menganjurkan untuk menggunakan Madu dalam mengatasi berbagai masalah penyakit, seperti dalam sabda beliau yang diriwayatkan oleh salah seorang sahabat yang intinya begini '' hendaknya kamu menggunakan dua jenis obat yang menyembuhkan yakni Alqur'an dan MAdu "
hmmm...sip bener kan hadisnya guys, terlebih dalam salah satu ayat yang udah gw pasangkan di awal postingan ini, tentunya akan semakin menambah kepercayaan kita untuk menggunakan madu sebagai alternatif pengobatan tradisionaL.
Lanjut gaa??? Lanjut gAA???
Lanjuuttt yAchh!!!!! mumPung mataq MAsih Bening N otAk qw MAsih enCer....he...He..he
sebenernya Ne materi MerupaKAn sebAgian KeciL dari KTI gw guys, but I'll share to you...
bagi2 pEngetahuan Ibadah Kann!!!!
:D
bagi2 pEngetahuan Ibadah Kann!!!!
:D
Honey for wound dressing!!!!!!!!!!!!
Orang –
orang Mesir kuno telah menganjurkan untuk menutup luka dengan kain katun yang
telah direndam di dalam cairan madu selama 4 hari. Baru baru ini, anjuran kuno
ini kembali diujicobakan oleh ahli bedah asal inggris yang bernama Dr. Michael
di Norfolk & Norwich Hospital, Inggris. Dalam percobaan ini, madu
menunjukkan hasil yang menakjubkan ketika ia digunakan untuk mengompres luka
yang terjadi disebabkan operasi pengangkatan payudara karena serangan kanker.
Operasi tersebut menyebabkan timbulnya luka berlubang yang dalam dan bernanah.
Luka tersebut berhasil membaik dalam waktu singkat setelah diobati dengan madu.
Karena madu memang mengandung beberapa zat gizi yang berperan penting untuk mempercepat
proses pembentukan jaringan tubuh dan madu juga dapat meredam peradangan pada
luka bernanah yang sulit pulih. Madu juga dapat menambah kuantitas sekresi
(keluaran) glutasium pada luka yang akan membantu terjadinya proses oksidasi
dan reduksi serta merangsang pertumbuhan dan pembelahan sel sel baru yang akan
mempercepat kesembuhan ( Hamad, 2007).
Selain itu madu juga dapat digunakan sebagai
terapi topikal untuk luka bakar, infeksi, dan luka ulkus. Sampai saat ini telah
banyak hasil penelitian yang melaporkan bahwa madu efektif untuk perawatan
luka, baik secara klinis maupun laboratorium. Ada beberapa hasil
penelitian yang melaporkan bahwa madu sangat efektif digunakan sebagai terapi
topikal pada luka melalui peningkatan jaringan granulasi dan kolagen serta
periode epitelisasi secara signifikan (Suguna et al., 1992;1993; Aljady et
al.,2000). Menurut Lusby PE (2006) madu juga dapat meningkatkan waktu kontraksi
pada luka. Madu efektif sebagai terapi topikal karena kandungan nutrisi yang
terdapat di dalam madu dan hal ini sudah diketahui secara luas. Bergman
menyatakan secara umum bahwa madu mengandung 40% glukosa, 40% fruktosa, 20% air
dan asam amino, vitamin biotin, asam nikotinin, asam folit, asam pentenoik,
proksidin, tiamin, kalsium, zat besi, magnesium, fosfor, dan kalium. Madu juga
mengandung zat antioksidan dan H2O2 (Hidrogen Peroksida) sebagai penetral
radikal bebas. Madu mempunyai osmolaritas yang tinggi merupakan larutan yang
mengalami supersaturasi dengan kandungan gula yang tinggi dan mempunyai
interaksi kuat dengan molekul air sehingga akan dapat menghambat pertumbuhan
mikroorganisme dan mengurangi aroma pada luka. Salah satunya adalah pada luka
infeksi yang disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus. Seperti yang
dilaporkan Cooper et al (1999), hasil studi laboratorium menunjukkan madu
memiliki efek anti bakteri pada beberapa jenis luka infeksi, misalnya bakteri
Staphylococcus aureus. Hasil penelitian lain melaporkan madu alam dapat
membunuh bakteri Pseudomonas aeruginosa dan Clostritidium (Efem & Iwara,
1992). Luka dapat menjadi steril terhadap kuman apabila menggunakan madu
sebagai dressing untuk terapi topikal. Selain itu pH madu yang berkisar 3,6-3,7
dapat mencegah terjadinya penetrasi dan kolonisasikuman (Efem, 1998). Apabila
terjadi kontak dengan cairan luka khususnya luka kronis, cairan luka akan
terlarut akibat kandungan gula yang tinggi pada madu, sehingga luka menjadi
lembap dan hal ini dianggap baik untuk proses penyembuhan. Bila madu dilarutkan
dengan cairan (eksudat) pada luka, hidrogen peroksida akan diproduksi. Hal ini
terjadi akibat adanya reaksi enzim glukosa oksidase yang terkandung di dalam
madu yang memiliki sifat antibakteri. Proses ini tidak menyebabkan kerusakan
pada jaringan luka dan juga akan mengurangi bau yang tidak enak pada luka
khususnya luka kronis. Hidrogen peroksida dihasilkan dalam kadar rendah dan
tidak panas sehingga tidak membahayakan kondisi luka (Ninjihad, 2011).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
aktivitas sel darah lymphosit B and lymphosit T dapat distimulasi oleh madu
dengan konsentrasi 0.1% (Abuharfeil dkk,1999). Adanya aktivitas limfosit dan
fagosit ini menunjukkan respons kekebalan tubuh terhadap infeksi khususnya pada
luka. Madu yang bersifat asam dapat memberikan lingkungan asam pada luka sehingga
bisa mencegah bakteri melakukan penetrasi dan kolonisasi. Hasil penelitian
Gethin GT et al (2008) melaporkan madu dapat menurunkan pH dan mengurangi
ukuran luka kronis (ulkus vena/arteri dan luka dekubitus) dalam waktu dua
minggu secara signifikan. Hal ini akan memudahkan terjadinya proses granulasi
dan epitelisasi pada luka.
Penelitian Kamaruddin pada tahun
1997, peneliti dari Departement of Biochemistry, Faculty of Medicine,
Universiti of Malaya, di Kualalumpur yang menyebutkan ada 4 faktor keutamaan
madu yang bertanggung jawab terhadap aktivitas antibakteri:
·
Kadar gula madu yang tinggi akan menghambat
pertumbuhan bakteri sehingga bakteri tidak dapat berkembang biak.
·
Madu mempunyai tingkat keasaman yang tinggi (pH3,4 -
4,5) sehingga bakteri tidak akan bisa bertahan hidup.
·
Madu jika bersenyawa dengan air akan menghasilkan
hydrogen peroksida yang bersifat desinfektan dan membunuh mikroorganisme
pathogen.
·
Madu juga mempunyai senyawa organic yeng bersifat
antibakteri spt flavonoid, polyphenol dan glikosida.
Dr. W.G. Sacket, ahli mikrobiologi dari Colorado Agriculture College Fort Collins berkata,
“Kuman demam mati dalam masa 48 jam. Kuman A dan B Typhosus mati dalam masa 24 jam. Organisme yang menyerupai Thyphoid Bacillus mati dalam masa 5 jam.
Kuman-kuman yang menyebabkan pneumonia kronis mati pada hari keempat. Begitu
juga bakteri-bakteri yang menyebabkan penyakit seperti peritonitis, pleuritis
dan bisul bernanah.”
(Baskhara, 2008)
Madu sebagai antibiotik efektif
untuk menumpas spesies microbial yang resistance terhadap
antibiotic buatan manusia. Madu sebagai antibiotik juga memiliki beberapa
kelebihan dibanding antibiotic buatan manusia antara lain :
·
Pengobatan dengan madu tidak menimbulkan inflamasi
(radang)
·
Madu dapat mengurangi rasa sakit
·
Madu bersifat antimicrobial yang dapat mencegah
microba tumbuh
·
Madu membersihkan luka infeksi
·
Pengobatan dengan madu menghilangkan bau pada luka
·
Madu mengobati luka lebih cepat dan tanpa menimbulkan
bekas luka
·
Mempunyai stimulatory effect yang
mempercepat tumbuhnya jaringan tubuh kembali.
itulah guys Sebagian KeciL matEri Madu,,,
insyAllah kapan2 gw Mo share Yang Lebih bnYAk Lagi...
insyAllah kapan2 gw Mo share Yang Lebih bnYAk Lagi...
key!!
Thankzz telah MAmPir di rUmah kedUA aLphye....
Thankzz telah MAmPir di rUmah kedUA aLphye....
may ALLAH Blessing U all!!!
salam, Putri Ceriwis_
ne Daftar refErensinya guyz!!!
Setiawati,tanti
.2007.Mengenal Lebah Madu dan Cara
Pemeliharaannya .Jakarta Pusat:
Karya Mandiri Pratama .
Margajaya,Rahmat.2008.
Empat Hewan yang menyehatkan. Jakarta
Timur: Rahma Edukasitama .
Trubus.2010.Trio Herbal. Jakarta Pusat : PT Trubus
Swadaya
Haviva.2011.Dahsyatnya Mukjizat Madu. Jogjakarta
:Diva Press
Hamad,sa’id.2007. Terapi Madu. Depok: Pustaka Iman
Suranto,adjie.2008.Khasiat dan Manfaat Madu Herbal. Jakarta
Selatan: Agro Media Pustaka
Fathoni,dkk.2011.Pro Herbal . Semarang: Ash-Shaf media
Darmawan,wawan.2008.Lebah Madu. Depok: Penebar swadaya
Baskhara,ali.
2008.Khasiat dan Keajaiban Madu.
Yogyakarta: Kreasi wacana Offset
Maslihah,dwi. 2010.Manfaat Madu. Palembang
Ninjihad,2011. Madu dalam Penyembuhan Luka . diakses tanggal 14 Maret pukul 21.53
Pubmed Journal :Honey dressing versus silver sulfadiazene dressing for wound healing in burn patients: a retrospective study. retrieved 13 March 2012 at 23.50
Sanjaya, ade. 2011. Dalam artikel Manfaat Madu Untuk Kesehatan .akses tanggal 14 Maret at 21.13
Take from
Ariek, hery.2011.dalam artikel khasiat madu berdasarkan penelitian ilmiah.
Akses tanggal 7 Maret 2012 at 14.50
.
Take from