LAPORAN PENGKAJIAN
ASUHAN KEBIDANAN PADA
Tn “W” DENGAN DIAGNOSA
CEREBRO VASKULER
ACCIDENT (CVA)
DI RUANG IGD BAPELKES
RSUD “CINTAKU” JOMBANG
Oleh :
NUR
ALFI ABIDA
NIM : 7209010
PRODI DIII KEBIDANAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PESANTREN TINGGI
DARUL ‘ULUM
JOMBANG
2010
CEREBRO VASKULAR
ACCIDENT (CVA)
A.
DEFINISI
Stroke / Cerebro Vaskuler Accident (CVA)
merupakan suatu keadaan, kehilangan fungsi otak secara mendadak yang
diakibatkan oleh gangguan suplai darah kebagian otak , atau merupakan suatu
kalainan otak baik secara fungsional maupun struktural yang disebabkan oleh
keadaan patologis pembuluh darah serebral atau dari seluruh sistem pembuluh
darah otak.
Menurut WHO, stroke (CVA) adalah adanya
defisit neurologist yang berkembang cepat, akibat gangguan fungsi otak likal
(global) dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih yang
menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain jelas selain vaskuler.
B.
ETIOLOGI
a. Penyebab
dari stroke / CVA adalah :
-
Trombosis.
-
Embolisme serebral (3/4
kasus stroke).
-
Perdarahan baik intra
maupun subarachnoid (1/4 kasus stroke).
Lodera cerebro vaskular
atau stroke meliputi awitan, tiba-tiba deficit neurologist ksrens insufisiensi
suplai darah ke suatu bagian dari otak. Insufisiensi suplai darah disebabkan
oleh trombus, biasanya sekunder terhadap arterisklerosis, terhadap embolisme
berasal dari tempat lain dalam tubuh, atau terhadap perdarahan akibat raptor
arteri (aneurisma).
b. Faktor
resiko stroke (CVA)
· Yang
dapat dirubah
ü Hipertensi,
faktor resiko utama
ü Penyakit
hematokrit tinggi
ü Diabetes
Melitus (penyakit anterogenesis)
ü Pemakai
kontrasepsi oral
ü Penurunan
tekanan darah berlebihan dalam jangka panjang
ü Obesitas,
perokok, alkoholisme
ü Kadar
estrogen yang tinggi
ü Usia
> 35 tahun
ü Penyalahgunaan
obat
ü Gangguan
darah/ aliran darah otak sepintas
ü Hiper
kolesterolemia
ü Infeksi
c. Kelainan
pembuluh darah otak (karena genetik, infeksi dan ruka paksa)
ü Lansia
ü Penyakit
paru menahun
ü Asam
urat
d. Klasifikasi
· Stroke
dapat diklasifikasi menurut patologi dan gejala kliniknya, yaitu:
1. Stroke
Haemorhagi
Merupakan perdarahan
serebral dan mungkin perdarahan subarachnoid disebabkan oleh pecahnya pembuluh
darah otak pada daerah otak tertentu. Biasanya kejadian saat melakukan
aktivitas atau aktif, namun bisa juga terjadi saat istirahat kesadaran pasien
umumnya menurun. Stroke Haemorhagi adalah disfungsi neurologi fokal yang akut
dan disebabkan oleh perdarahan primer substansi otak yang terjadi secara
spontan, bukan oleh trauma kapitis, disebabkan pecahnya pembuluh arteri, vena
dan kapiler.
2. Stroke
Non Haemorhagi
Dapat berupa iskemia
atau emboli dan trombosis serebral. Biasanya terjadi saat setelah lama
istirahat baru bangun, tidur atau di
pagi hari. Tidak terjadi perdarahan, namun terjadi iskemia yang menimbulkan
hipoksia dan selanjutnya dapat timbul odema, sekunder kesadaran umum baik.
· Stroke
menurut perjalanan penyakit atau stadiumnya
1. TIA
( Trans Iskemik Attack)
Gangguan Neurologis
setempat yang terjadi selama beberapa menit sampai beberapa jam sama. Gajala
yang timbul akan hilang dengan spontan dan sempurna dalam waktu kurang dari 24
jam.
2. Stroke
Involusi
Stroke yang terjadi
masih terus berkembang dimana gangguan neurologis semakin berat dan bertambah
buruk proses dapat berjalan 24 jam atau beberapa hari.
3. Stroke
Komplit
Gangguan neurologis
yang timbul sudah menetap atau permanen, sesuai dengan istilahnya stroke
komplit dapat diawali dengan serangan TIA berulang.
C.
MANIFESTASI
KLINIK
Menurut
Hudak dan Gallo dalam buku perawatan kritis, terdapat manifestasi akibat
stroke, yaitu :
1.
Defisit Motorik
a.
Hemiparese, Hemiplegia
b.
Disatria (Kerusakan
otot-otot bicara)
c.
Disfagia (Kerusakan
otot-otot menelan)
2.
Defisit Sensoris
a.
Defisit Visual (umum,
karena jarak fisual terpotong sebagian besar pada hamisfer serebri)
b.
Tidak memberikan/
hilangnya respon terhadap sensori superfisial (sentuhan, nyeri, tekanan, panas
dan dingin)
c.
Tidak memberikan/
hilangnya respon terhadap propioresepsi (pengetahuan tentang posisi bagian
tubuh)
3.
Defisit Perseptual
(gangguan dalam merasakan dengan tepat dan menginterpretasikan diri dan
lingkungan)
a.
Gangguan sken/ maksud
tubuh (amnesia/ menyangkal terhadap ekstremitas yang mengalami paralise,
kelainan unilateral)
b.
Disonentasi (waktu,
tepat, orang)
c.
Apraksia ( kehilangan
kemampuan untuk menggunakan obyek- obyek dengan tepat)
d.
Agnosia ( ketakmampuan
untuk mengidentifikasi lingkungan melalui indera)
e.
Kelainan dalam
menemukan letak obyek dalam ruangan, memperkirakan ukurannya dan nilai jauhnya.
f.
Kerusakan memori untuk
mengingat letak obyek/ tempat.
g.
Disorientasi kanan,
kiri.
4.
Defisit Bahasa/ komunikasi
a.
Afaksia ekspresif
(kesulitan dalam mengubah suara, menjadi pola- pola bicara yang sulit
dipahami). Dapat berbicara dengan menggunakan respon satu kata.
b.
Afasia reseptif
(kerusakan kelengkapan kata)
c.
Afasia global
(kombinasi afasia ekspresif dan reseptif) tidak mampu berkomunikasi pada setiap
tingkat.
d.
Aleksia (ketidakmampuan
untuk mengerti kata yang dituliskan)
e.
Agrafasial
(ketidakmampuan untuk mengekspresikan ide- ide dalam tulisan)
5.
Defisit Intelektual
a.
Kehilangan memori
b.
Rentang perhatian
singkat
c.
Peningkatan
distrakbilitas (mudah buyar)
d.
Penilaian buruk
6.
Disfungsi aktifitas
mental dan psikologis
a.
Lobilitas emosional
b.
Kehilangan kontrol diri
dari hambatan sosial
c.
Penurunan toleransi
terhadap ares
d.
Ketakutan permusuhan,
frustasi, marah
e.
Depresi
7.
Gangguan Eliminasi
(Kandung kemih dan usus)
a.
Lesi unilateral, karena
stroke mengakibatkan sensori dan kontrol partial kandung kemih, sehingga klien
sering mengalami berkemih dorongan dan inkontinensia urine.
b.
Kerusakan fungsi usus
akibat dari penurunanan tingkat kesadaran, dehidrasi dan immobilitas.
c.
Konstipasi dan
pergerakan feses.
8.
Gangguan keasadaran
a.
Jenis kesadaran
· Kognitif
· Afektif
b.
Derajat/ tingkat
kesadaran
c.
Bentuk
- Kesadaran
menurun
Ø Apatis
(keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan dengan kehidupan, sikapnya acuh
tak acuh)
Ø Somnolen
(keadaan kesadaran yang mau tidur saja, dapat dibangunkan dengan rangsangan
nyeri, akan tetapi jatuh tidur lagi)
Ø Sopor
(Ingatan, orientasi dan pertimbangan sudah hilang)
Ø Subkoma
dan koma (tidak ada respon terhadap stimulus yang kuat)
- Kesadaran fungsi
Ø Terjaga
nornal
Ø Sadar
Ø Letargi/
Somnolen (mengantuk,dapat mengetahui perintah)
Ø Sopor
(Sulit dibangunkan)
Ø Koma
D.
CARA
PENGUKURAN TINGKAT KESADARAN
1.
Glas Glow (Oma Scale
(GCS))
Ø Spontan 4
Ø Terhadap
Bicara 3
Ø Terhadap
Nyeri 2
Ø Tidak
Ada Respon 1
2. Respon
Verbal
Ø Reorientasi 5
Ø Percakapan
yang membingungkan 4
Ø Penggunaan
kata- kata yang tidak sesuai 3
Ø Suara
menggumam 2
Ø Tidak
ada respon 1
3. Respon
Motorik
Ø Mengikuti
perintah 6
Ø Menunjuk
tempat rangsangan 5
Ø Menghindar
dari stimulus 4
Ø Fleksi
abnormal 3
Ø Ekstensi
abnormal 2
Ø Tidak
ada respon 1
4. Penilaian
Ø Nilai
3 : Kesadaran
terburuk
Ø Nilai
4 – 5 : Koma yang dalam
Ø Nilai
6 - 10 : Gangguan kesadaran
intermediate
Ø Nilai
11 - 14 : Kesadaran lebih
baik
Ø Nilai
15 : Terbaik
E.
PENATALAKSANAAN
1. Menurut
Kerusakan Iskemik
Dengan infark cerebral
terdapat kehilangan, irreversible inti sentral jaringan otak. Disekitar zona
jaringan yang mati ini mungkin ada jaringan yang masih dapat diselamatkan.
Tindakan awal yang harus difokuskan untuk menyelamatkan sebanyak mungkin area
iskemik. Tiga unsur yang paling penting untuk area tersebut adalah oksigen,
glukosa dan aliran darahyang adekuat. Kadar oksigen dapat dipantau melalui gas
– gas darah, arteri dan oksigen dapat diberikan pada pasien jika ada indikasi
hipoglikemia dapat dievaluasi dengan serangkaian pemeriksaan glukosa darah.
2. Prinsip
Penatalaksanaan Stroke Iskemik
a. Membatasi
atau memulihkan iskemia akut yang sedang berlangsung (1 – 3 jam pertama)
b. Mencegah
perburukan, neurologis yang berhubungan dengan stroke yang masih berkembang,
progresivitas stroke terjadi pada 20 – 40 pasien stroke iskemik yang dirawat
dengan resiko terbesar dalam 24 jam pertama, saat aset gejala.
c. Mencegah
stroke berulang dini (dalam 30 hari sejak aset gejala stroke)
3. Protokol
Penatalaksanaan Stroke Iskemik Akut
a. Pertimbangan
intra vena, 10 % diberikan bolus IV dan sisanya diberikan perdrib dalam waktu 1
jam.
b. Pertimbangan
pemantauan irama jantung
c. Tekanan
darah tinggi pada stroke iskemik tidak boleh cepat – cepat diturunkan
d. Pertimbangan
konsul bedah syaraf untuk dekompresia pada pasien
e. Pertimbangan
pemberian heparin, IV dimulai dosis 800 unit/jam
f. Dan
lain – lain
4. Protokol
Penatalaksanaan Stroke Hemoeragik
a. Singkirkan
kemungkinan kongulopati, pastikan masa protombin dan tromboblastin parsial
adalah normal
b. Kendalikan
hipertensi
c. Berikan
manitol 20 % (1 kg/kg BB, intra vena dalam 20 – 30 menit)
d. Pertimbangan
fenitor (20 mg/kg BB, intra vena kecepatan maksimal 50 mg/menit atau per oral).
Pada perdarahan luas dan derajat kesadaran menurun.
5. Perwatan
Umum
a. Demam
Demam di obati secara
agresif dengan antipiretik atau kompres dingin. Penyebab demam tersering adalah
pnemonia. Aspirasi lakukan kultur darah dan urine, kemudian di berikan
antibiotik intra vena secara empiris.
b. Nutrisi
Pasien stroke memiliki
resiko tinggi aspirasi bila pasien sadar penuh. Tes kepekaan menelan dengan
memberikan satu sendok teh air putih kepada pasien dengan posisi pasien
setengah duduk.
c. Hidrasi
Intra Vena
Harus dikoreksi dengan
kantaloid isotonis.
d. Glukosa
Hiperglikemia dan
hipoglikemia dapat menimbulkan aksa serbasi iskemia.
e. Perawatan
Paru
Fisioterapi dada setiap
4 jam harus dilakukan untuk mencegah atelektaksis paru pada pasien yang tidak
bergerak.
f. Aktivitas
Pasien dengan stroke
harus di mobilisasi dan dilakukan fisioterapi sedini mungkin bila kondisi
klinis neurologis dan hemodinamik stabil.
g. Neurorestorasi
Dini
Stimulasi sensorik,
kognitif, memori, bahasa, emosi serta visual spesial harus dilakukan sedini
mungkin untuk mempercepat returasi fungsi – fungsi otak yang terganggu depresi
atau amnesia juga harus dikenali dan diobati sedini mungkin.
h. Perawatan
Vesika
Kateter urine tetap
(kateter feleg) sebaiknya hanya dipakai dengan pertimbangan khusus (kesadaran
menurun, demensia, afasia global).
6. Pencegahan
a.
Pencegahan Primer
1.
Strategi kampanye
nasional terintegrasi dengan program pencegahan penyakit lainnya.
2.
Memasyarakatkan gaya
hidup sehat bebas stroke
b.
Pencegahan Sekunder
1.
Modifikasi gaya hidup
beresiko stroke dan faktor resiko
2.
Melibatkan peran serta
keluarga seoptimal mungkin
3.
Obat – obatan yang
digunakan
4.
Tindakan iritasif
DAFTAR
PUSTAKA
Carpenito,
Iyada Jual, 1995. Diagnosa keperawatan,
Jakarta : EGC
dr.
Juwono T, 1993. Penatalaksanaan Kasus –
kasus darurat Neurologis, Jakkarta : EGC
Mansjoer,
Arief, 2000. Kapita selekta jilid II,
Jakarta : Media Aesculaplus
Wartono,
Tarwoto, 2003. Kebutuhan Dasar Manusia
dan Proses Keperawatan, Jakarta : Salemba Medika
LAPORAN
PENDAHULUAN
KEBUTUHAN
DASAR MANUSIA (KDM)
MOBILISASI
A.
DEFINISI
Mobilisasi
adalah suatu energi atau keadaan bergerak dimana manusia memerlukan hal
tersebut agar dapat memenuhi kebutuhan hidup.
B.
KONSEP
DASAR
1. Fisiologi
Pergerakan
Pergerakan merupakan
rangkaian yang terintegrasi antara sistem muskuloskeletal dan sistem
persyarafan.
2. Body
Mekanik
Sikap aktivitas yang
dilakukan perawat harus memperhatikan body mekanik seperti kegiatan mengangkat/
memindah pasien.
C.
FAKTOR
– FAKTOR YANG MEMPENGRUHI PERGERAKAN
1. Tingkat
Perkembangan Tubuh
Usia akan mempengaruhitingkat
perkembangan neuromuskulerdan tubuh secara proporsional, postur, pergerakan dan
reflek akan berfungsi secara optimal.
2. Kesehatan
Fisik
Penyakit, cacat tubuh,
dan immobilisasi akan mempengaruhi pergerakan tubuh.
3. Keadaan
Nutrisi
Kurangnya nutrisi dapat
menyebabkan kelemahan otot, dan obesitas dapat menyebabkan pergerakan kurang
bebas.
4. Emosi
Rasa aman dan gembira
dapat mempengaruhi aktivitas tubuh. Keresahan dan kesusahan dapat menghilangkan
semangat dan kemudahan sering dimanifestasikan dengn kurangnya aktivitas.
5. Kelemahan
neuromuskular dan skeletal
Adanya abnormal postur
seperti skoliosis, lordosis dan kifosis dapat mempengaruhi terhadap pergerakan.
6. Pekerjaan
Seseorang yang bekerja
di kantor kurang melakukan aktivitas bila dibandingkan dengan petani atau
buruh.
D.
FAKTOR-FAKTOR
YANG MEMPENGARUHI KURANGNYA PERGERAKAN IMMOBILISASI
1. Gangguan
Muskuloskeletal
a. Osteoporosis
b. Atropi
c. Kontraktur
d. Kekakuan
dan sakit sendi
2. Gangguan
Kardiovaskuler
a. Postural
Hipotensi
b. Vasodilatasi
vena
c. Peningkatan
penggunaan valsava manuver
3. Gangguan
Sistem Respirasi
a. Penurunan
gerak pernafasan
b. Bertambahnya
sekresi paru
c. Atelektasil
d. Hipostatis
pneumonia
E.
KRITERIA
HASIL
Individu akan :
1. Memperlihatkan
penggunaan alat – alat yang adaptif untuk peningkatan mobilisasi.
2. Menggunakan
tindakan pengaman untuk meminimalkan kemungkinan terhadap cidera.
3. Memperlihatkan
tindakan untuk meningkatkan mobilitas
4. Melepaskan
adanya peningkatan mobilitas
F.
INTERVENSI
GENERIK
1. Rujukan
pada sindrom disuse untuk intervensi pencegahan komplikasi immobilitas.
2. Ajarkan
untuk melakukan latihan rentang gerak aktif pada anggota gerak yang sehat,
sedikitnya 4x sehari.
3. Posisi
dalam kesejajaran tubuh untuk mencegah komplikasi
a.
Gunakan papan kaku
b.
Hindari berbaring/
duduk dengan posisi yang sama dalam waktu lama.
c.
Ubah posisi sendi bahu
setiap 2 – 4 jam
d.
Gunakan bantal kecil/
tanpa bantal saat dalam posisi fowler
4. Berikan
Mobilisasi Progresif
a.
Biarkan individu
mengambil posisi duduk dengan perlahan
b.
Biarkan individu
menjuntaikan tungkai di samping tempat tidur selama 5 menit sebelum mengambil
posisi berdiri
c.
Anjurkan ambulasi
dengan atau tanpa alat bantuan
d.
Tingkatkan lamanya
berjalan, secara progresif setiap hari
5. Minta
individu untuk memperagakan
a.
Latihan penguatan
b.
Latihan rentang gerak
c.
Merawat alat adaptif
d.
Tindakan kewaspadaan.
PENGKAJIAN
A.
PENGERTIAN
Pengkajian
adalah suatu format atau data yang dilakukan oleh petugas kesehatan kepada
pasien dengan cara menyusun data subyektif
dan data obyektif melalui wawancara dan pemeriksaan langsung dengan pasien,
dan jika melalui wawancara tetapi pasien dalam keadaan koma, maka petugas
kesehatan dapat bertanya kepada pendamping, pengantar atau keluarga. Di dalam
data pengkajian terdiri dari biodata – biodata yang di dalamnya merupakan
pribadi/ privasi dari masing – masing pasien. Data yang tercantumdi dalam
format pengkajian adalah data subyektif dan obyektif.
B.
DATA
SUBYEKTIF
Adalah
suatu data yang ada di dalam format pengkajian dengan melakukan wawancara
dengan pasien dan apabila pasien tidak sadar dan tidak dapat melakukan
komunikasi, dapat dilakukan dengan mewawancarai keluarga pasien.
Data
subyektif terdiri dari anamnesa terhadap pasien, dari keluhan utama pasien
sampai riwayat penyakit masa lalu pasien.
Anamnesa
adalah suatu data yang diambil dari hasil wawancara dengan pasien untuk
mengetahui riwayat kesehatan dari pasien.
- Data
Anamnesa
1. Sumber
Informasi
Adalah dimana petugas
kesehatan menanyakan anamnesa dari pasien atau keluarganya dengan benar.
2. Keluhan
Utama
Suatu keadaan dimana
pasien merasakan rasa sakit atau tidak nyaman yang dirasakanleh pasien pertama
kali.
3. Riwayat
Penyakit Sekarang dan Masa Lalu
Adalah data kesehatan
atau diagnosa dari pasien untuk mengetahui penyakit yang di derita pasien
sekarang dan masa lalu pasien, sehingga petugas kesehatan dapat mengetahui
sebab dari penyakit pasien.
4. Riwayat
Kesehatan Keluarga
Untuk mengetahui
riwayat kesehatan dari keluarga pasien, sehingga petugas kesehatan tahu apakah
ada atau tidak penyakit turunan dari keluarga pasien.
C.
DATA
OBYEKTIF
Adalah
data pengkajian yang dilakukan dengan
cara memeriksa secara langsung dengan pasien, di dalam data obyektif bertujuan
untuk mengetahui keadaan pasien sekarang, selama pasien merasakan keluhannya.
Diantara
data – data obyektif adalah :
1. Pemeriksaan
fisik
Pemeriksaan yang
dilakukan untuk mengetahui keadaan fisik pasien. Pemeriksaan fisik dilakukan
dari memeriksa ujung kepala sampai ujung kaki, TTV (dari suhu tubuh sampai
dengan mengukur tinggi badan).
a. Tujuan
dari pemeriksaan kepala
1. Mengetahui
bentuk dan fungsi kepala
2. Mengetahui
kelainan yang terdapat di kepala
b. Tujuan
dari pemeriksaan mata
1. Mengetahui
bentuk dan fungsi mata
2. Mengetahui
adanya kelainan pada mata
c. Tujuan
dari pemeriksaan telinga
Mengetahui
keadaan telinga luar, saluran telinga, gendang telinga dan fungsi pendengaran
d. Tujuan
dari pemeriksaan hidung
1. Mengetahui
bentuk dan fungsi hidung
2. Menentukan
kesimetrisan struktur dan adanya inflamasi dan infeksi
e. Tujuan
dari pemeriksaan mulut dan faring
Mengetahui
bentuk dan setiap kelainan mulut
f. Tujuan
dari pemeriksaan leher
1.
Menentukan struktur
integritas leher
2.
Mengetahui bentuk leher
serta organ yang berkaitan
3.
Memeriksa sistem
limfatik
g. Tujuan
dari pemeriksaan paru dan dada
1. Mengetahui
bentuk dan kesimetrisan, keadaan kulit dan dinding dada
2. Mengetahui
frekuensi, sifat, irama pernafasan
3. Mengetahui
adanya nyeri tekan, massa, peradangan
4. Mengetahui
keadaan paru, rongga pleura
5. Mengetahui
batas paru dengan organ lain di sekitarnya
6. Mengetahui
adanya sumbatan aliran udara
h. Tujuan
dari pemeriksaan jantung
1. Mengetahui
ketidak normalan denyut jantung
2. Mengetahui
ukuran, dengan bentuk jantung secara kasar
3.
Mengetahui bunyi
jantung normal atau tidak
4.
Mendeteksi adanya
gangguan kardiovaskuler atau tidak
i.
Tujuan dari pemeriksaan
payudara dan ketiak
Mengetahui
adanya massa atau adanya ketidak teraturan dalam jaringan payudara
j.
Tujuan dari pemeriksaan
genetalia
1. Melibatkan
dan mengetahui organ – organ yang termasuk dalam genetalia
2. Mengetahui
adanya abnormalitas pada genetalia
3. Mengetahui
kemajuan proses persalinan pada ibu hamil atau persalinan
k. Tujuan
dari pemeriksaan abdomen
1. Mengetahui
adanya gerakan dan bentuk perut
2. Mengetahui
suara peristaltik usus
3. Meneliti
tepat nyeri tekan, organ dalam rongga perut, benjolan dalam perut
l.
Tujuan dari pemeriksaan
rektum dan anus
1. Mengetahui
kondisi anus dan rektum
2. Mengetahui
integritas sfinkter anal eksternal
3. Memeriksa
kanker rektal
m. Tujuan
dari pemeriksaan kulit dan kuku
Mengetahui kondisi
kulit dan kuku
n. Tujuan
dari pemeriksaan neurologi
Mengetahui integritas
sistem persarafan yang meliputi sistem saraf kranial, fungsi sensorik, fungsi
motorik dan reflek
o. Data
Psikososial dan Spiritual
Dimana data tersebut
disusun untuk mengetahui kegiatan sehari – hari pasien.
p. Data
Pola Aktivitas Sehari – hari
Dimana data tersebut
disusun untuk mengetahui kegiatan sehari – hari pasien.
q. Data
Penunjang yang Spesifik
Data disusun untuk
mengetahui keluhan yang dirasakan oleh pasien sehingga petugas kesehatan
mengetahui penyakit yang di derita pasien.
D.
KESIMPULAN
Dari
data pengkajian yang dilakukan oleh petugas kesehatan dapat memperoleh data
yang lengkap dan jelas, tetapi dari setiap petugas kesehatan harus dapat
menjaga dari setiap data yang telah diambil karena semua yang telah diambil
kajiannya adalah privasi dari masing – masing pasien.
S128Cash kini telah hadir untuk Anda semua para Pecinta Judi Online yang menyediakan semua permainan Populer, seperti Sportsbook, Live Casino, Sabung Ayam Online, IDN Poker dan masih banyak permainan lainnya.
BalasHapusAnda dapat bermain semua permainan hanya dengan modal Rp 25.000,- saja.
Perlu Anda ketahui, S128Cash menyediakan semua bank LOCAL INDONESIA (ONLINE 24JAM) dan disini Anda dapat melakukan deposit melalui OVO, GOPAY dan PULSA. Sangat membantu bukan?
Jadi segera daftarkan diri Anda bersama kami.
Informasi lebih lanjut bisa hubungi kami melalui :
- Livechat : Live Chat Judi Online
- WhatsApp : 081910053031
Link Alternatif :
- http://www.s128cash.biz
Judi Bola
Cara Bermain Judi Bola